Selama ini melarang anak game anime krn tahunya ada pornografi, rupanya lebih parah.... 😢😢😢
Sepenggal Cerita Siswa
Saat istirahat seorang murid perempuan mendekatiku. Ia cantik dan periang. Celotehnya membuatku gemas. Ia mulai cerita tentang rumahnya, teman-temannya, dan mainan yang ia inginkan saat ulang tahunnya nanti.
Sangat normal dan "childish", kukira. Aku senang mendengarkannya, tapi kadang ia tidak dapat berhenti cerita, sehingga aku harus menyetopnya dan mencari-cari alasan agar ia memakan snacknya, atau aku bilang ada jam mengajar, misalnya.
Selalu saja ada yang diceritakannya jika ada waktu senggang, tapi kali ini ia terlihat tegang.
"Bu.. aku harus menaklukkan hati seseorang!" katanya , membuat aku terkejut, dan mengira-ngira maksudnya. Katanya lagi, seseorang itu bernama "Senpai".
"Senpai?" Nama lelaki berbau Jepang. Aku tak melihat ada siswa di sekolah ini yang bernama Senpai.
"Menaklukkan?" Tanyaku. Kata kerja itu terlalu tinggi bagi anak kelas 3 SD yang lucu ini.
"Banyak loh bu.. yang menyukai Senpai, jadi kami sedang bersaing! " Katanya. Aku mencium bau permusuhan melihat wajahnya yang cemburu.
"Aku harus berusaha menjadi Yandere yang keren!" Katanya galau, membuatku semakin tak mengerti.
"Yandere? "
Kid, what are you talkin' about?
Aku mengangguk-angguk menaruh simpati . Apakah ia sedang jatuh cinta? Dan Senpai atau Yandere adalah sosok yang dicintainya? Hmmm... Lucu ya?!
********************
Lalu aku berselancar, mencari Senpai, ternyata ia sama sekali tidak lucu, bahkan bergidik aku dibuatnya. Dan Yandere? Ia adalah tokoh imaginer yang merupakan seorang pembunuh berdarah dingin !
*****
Senpai adalah sebutan buat seseorang yang menjadi target dalam game buatan Jepang. Ia bisa perempuan, atau lelaki, tergantung yang memainkannya. Dan Yandere? ia adalah seseorang yang memiliki sifat yang lembut, penyayang dan cinta terhadap orang yang dia sukai, tetapi akan menjadi brutal, posesif, dan berbahaya kepada orang lain yang berpotensi menghalangi hubungannya dengan orang yang dia sukai. Bahkan Yandere tidak segan membunuh orang yang menghalanginya.
Ha? Oh God!
Game ini ternyata banyak digandrungi anak-anak seperti muridku itu, karena ia dikemas dengan tampilan animasi ala Anime sehingga membuat game ini seolah-olah aman dimainkan oleh anak-anak, jadi mereka coba-coba memainkannya, dan sulit melepaskannya jeratnya.
**********
Dari hanya sekedar mau menghargai ceritanya, kini aku malah "kepo" menanyakan kelanjutannya. Aku tanya ia, kapan main games itu? Apa boleh sama bunda? Apa sih serunya?
"Seru banget, bu!" Katanya innocent. Mata bulatnya berbinar-binar. "Aku harus mengikuti kemana Senpai pergi, dan menyingkirkan sainganku !"
"Bagaimana caranya?" Tanyaku penasaran.
"Macem-macem...Di youtube juga ada contohnya! "
"Gimana?" Tanyaku serak. Dadaku mulai bergemuruh.
" Kita harus membunuh saingan kita di sekolah!" Ha? Sekelebat kuingat bbagaimana kami mati-matian mengajarkan norma kebaikan saat belajar Agama atau PKN. Mengejek teman saja sudah menjadi sebuah pembahasan panjang, ini tanpa tedeng aling-aling murid manisku ini menyebutkan kata "membunuh" tanpa ragu-ragu?
Dia tidak membaca air mukaku yang mungkin berubah-ubah dari merah, ungu, atau biru. Terus saja dia mengoceh.
"Aku juga harus membersihkan jejak, membuang mayat sainganku ke tungku pembakaran, membersihkan darah dan mengganti baju. " Katanya sangat fasih, melebihi kefasihan ia menghafal juz Amma atau lagu kebangsaan.
Darahku naik ke ubun-ubun. Bukan marah sama siswaku, tapi pada Senpai, Yandere, atau apapun namanya yang merusak otak anakku itu.
"Terus bu, kalo aku mau menang, aku juga harus bisa membunuh saksi mata. Kalo nggak , nanti aku dipenjara. Yaaa kalo gitu, game over, deh !!" Katanya.
Mulutnya manyun seperti anak kecil tidak kebagian permen.
Ha? Anak kecil? Di hadapanku ini juga anak kecil !!!!
"Stop!" Kataku agak keras. Dia kaget.
" Kenapa, bu ? "Katanya protes. Kepalaku sakit, nyut nyutan. Saat itu salah satu temannya nimbrung. Ternyata dia sudah mendengarkan percakapan kami dari tadi.
Alih-alih menghiburku, dia malah menambah " referensi baru.
" Bu... aku juga maen game itu... kan kalo ga bunuh , kita juga bisa menyebarkan gosip atau fitnah kaan, biar dia dikeluarkan oleh sekolah!" .
Ya Allah... Aku sudah mulai mau menangis. Apa yang mereka ucapkan sungguh di luar nalarku.
"Jadi, kalian main game yang sama?" Mereka malah mengangguk senang.
"Kan aku tau dari dia!" Kata anak yang pertama nunjuk ke arah anak yang terakhir nimbring. Si anak itu mengangguk senang.
"Emang boleh sama bunda?" Tanyaku.
"Nggakkk laaah...kan bunda nggak tau kita maen apa... Bunda kan lagi maen hape jugaaa!" Kata mereka kompak. "Kan di rumah ada wifi.."
Perasaanku semakin tak karuan.
Hiks.. hiks..
*sumber: FB endoh
0 komentar:
Post a Comment