Tanaman Kacang Gude, Manfaat dan Habitatnya

Posted by

Manfaat Kacang Gude Untuk Pengobatan Berbagai Penyakit 

Di India, gude disebut arhar, red gram, toovar, toor. Gude diduga berasal dari India, dan telah dibudidayakan paling sedikit sekitar 1.000 tahun sebelum masehi. Kemudian tanaman ini menyebar ke Asia Tenggara, dan Afrika Timur. Oleh bangsa Eropa, gude dibawa ke kepulauan Karibia dan Amerika Tengah serta Latin. Sekarang, tanaman gude sudah dibudidayakan dan dimanfaatkan secara luas di kawasan tropis serta sub tropis di seluruh dunia.
Tanaman Kacang Gude (Cajanus Cajan L) termasuk jenis tanaman kacang – kacangan (leguminosa) yang banyak diusahakan masyarakat baik di sawah maupun di tegalan. Tanaman Gude tumbuhnya tegak dengan tinggi tanaman sekitar 0,5 – 4 m, perakarannya serabut / tipis-tipis mencapai kedalaman 2 m. Tanaman ini bercabang banyak, diameter batangnya sekitar 15 cm. Pada ranting tanaman ini, terdapat tangkai dengan tiga helai daun. Tanaman Gude dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kering dengan daya dukung air yang cukup dengan PH ( Derajat Keasaman 5 -7).



Syarat Pertumbuhan 
Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 2.000m dpl. Pertumbuhannya memerlukan banyak cahaya matahari dan tidak tahan terhadap kondisi lembab (Kazuma, 2009). Selain itu, tanaman inicukup toleran terhadap kekeringan atau pada temperatur tinggi dan dapattumbuh baik pada daerah yang kurang subur (Anonim 2000. Tanaman kacang gude ditanam dengan ukuran 40 x 100 cm pada kondisi kesesuain lahan .Dalam tumpang sari kacang Gude tumbuh baik dengan tanaman kapas atau kacang tanah. Gangguan yang sering muncul adalah rumput (gulma).

Dalam pengelolaan tanaman ini harus diperhatikan mengenai pengairannya. Pengairan akan semakin mempercepat proses pertumbuhannya. Pemberian pupuk terutama fosfat kira – kira diperlukan 20 – 100 kg / hektar. Umumnnya kacang gude tidak pernah ditanam secara monokultur, pertanaman tidak dilakukan secara intensif, tetapi hanya sebagai tanaman campuran di lahan tegal, pematang sawah atau pekarangan.
Kandungan kimia daun Cajanus cajan mengandung flavonoida, saponin dan polifenol. Sedangkan batang mengandung flavonoida, saponin dan tanin.
Kacang gude juga dapat dimanfaatkan dalam mengembangankan pola usahatani terpadu karena dapat ditum-pangsarikan dengan tanaman lain seperti sorgum , jagung, kacang tanah dan kapas (Bahar, 1981; Litzenberger, 1974). Masing-masing helai daun berbentuk ramping, dengan pangkal dan ujung meruncing. Panjangnya 6 cm, dengan bagian paling lebar 2 cm. Warnanya hijau tua. Permukaan daun, tangkai, ranting serta kulit batang berbulu halus. Pucuk daun berwarna kecokelatan. Bunganya berbentuk kupu-kupu berwarna keunguan dan muncul dari pucuk ranting.

Oleh masyarakat pedesaan, tanaman ini disebut gude (gu-dé), atau kacang gude. Buah gude berupa polong, berbentuk mirip kedelai, namun berukuran lebih besar dan lebih panjang. Permukaan kulit polong juga berbulu halus. Warna polong hijau, dan akan berubah menjadi ungu kecokelatan setelah tua. Di dalam polong terdapat biji dengan bentuk seperti kedelai, namun berukuran sedikit lebih besar. Warna kulit biji bervariasi mulai dari hijau, kuning kecokelatan, cokelat sampai ke ungu tua. Polong gude bisa dipanen dalam keadaan tua (segar), tetapi bisa pula ketika sudah benar-benar tua, dan kulitnya agak mengering.
Daun tanaman Cajanus cajan bermanfaat untuk mengobati penyakit: sakit kuning (jaundice), sakit didalam mulut, batuk, diare dan gangguan perut.
Di daerah Jawa, biji gude segar maupun yang sudah kering, biasa dijual di pasar-pasar tradisional. Masyarakat Jawa mengolah biji gude menjadi sayur yang disebut jubleg, atau dibuat bongko. Bumbunya bawang merah, bawang putih, kencur, daun salam, garam dan parutan kelapa yang masih agak muda. Kalau sayur gude hanya cukup direbus dalam wadah, maka bongko dibungkus satu per satu dengan daun pisang, baru kemudian dikukus. Rasa kacang gude sangat khas, hingga sulit untuk dibandingkan dengan kacang-kacangan lain. Dalam perdagangan internasional, gude disebut pigeon pea (Cajanus cajan, Cajanus indicus).

Di India, gude disebut arhar, red gram, toovar, toor. Gude diduga berasal dari India, dan telah dibudidayakan paling sedikit sekitar 1.000 tahun sebelum masehi. Kemudian tanaman ini menyebar ke Asia Tenggara, dan Afrika Timur. Oleh bangsa Eropa, gude dibawa ke kepulauan Karibia dan Amerika Tengah serta Latin. Sekarang, tanaman gude sudah dibudidayakan dan dimanfaatkan secara luas di kawasan tropis serta sub tropis di seluruh dunia.

Di Jawa, gude dibudidayakan secara monokultur maupun tumpang sari. Biasanya gude ditumpangsarikan dengan jagung, padi ladang, kacang tanah, dan palawija serta sayuran lainnya. Petani juga menanam gude di pematang sawah. Gude tidak mungkin ditumpangsarikan dengan tanaman berumur setahun, dengan tajuk yang terlalu rapat. Misalnya singkong. Tanaman kacang-kacangan ini juga tidak mungkin dibudidayakan di bawah tegakan tanaman keras. Misalnya albisia. Sebab gude menghendaki lahan terbuka, dengan sinar matahari penuh.

Kacang gude mampu mengalahkan alang-alang, dalam berkompetisi merebut cahaya matahari. Penanaman gude ditanam dalam lubang yang dibuat dengan tugal. Kedalam lubang itu dimasukkan tiga biji gude. Biji akan tumbuh pada hari keempat sampai dengan kelima. Kalau tiga biji ini tumbuh semua, tetap harus dibiarkan besar hingga kelihatan, mana tanaman yang tumbuh kerdil dan harus dibuang. Kalau tiga individu tanaman ini tumbuh sama suburnya, maka tiga-tiganya harus dipelihara. Selain sebagai penghasil bahan makanan, tanaman gude juga bisa menghasilkan lak. Di Thailand, gude dibudidayakan secara monokultur, sebagai tempat pembiakan kutu lak (ordo Homoptera, superfamily Coccoidea, dengan sekitar 8.000 spesies).

Setelah berkembang biak cukup banyak, kutu lak ini dipanen dan diproses lebih lanjut menjadi bahan pelitur. Di Indonesia budidaya kutu lak dilakukan oleh Perum Perhutani, pada tanaman kosambi (Schleichera oleosa).

Kayu/ batang tanama kacang gude, dimanfaatkan oleh masyarakat petani untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Namun ada pula petani yang memanfaatkannya sebagai ajir bagi tanaman marambat. Tanaman gude juga mampu meningkatkan kesuburan lahan.

Manfaat Tanaman Gude Sebagai Pupuk Alami
  • Pertama kesuburan lahan itu disebabkan oleh daun gude yang rontok dan hancur menjadi pupuk hijau.
  • Kedua, akar tanaman gude juga mampu bersimbiosis dengan bekteri Rhizobium, dan membentuk bintil akar untuk menyimpan oksigen, yang ditangkap oleh daun langsung dari udara. 
Dalam tiap areal gude seluas satu hektar, potensi nitrogen yang bisa dikumpulkan mencapai 40 kg. 

Meskipun berupa terna berkayu, gude tetap tanaman semusim. Setelah dipanen, tanaman gude akan mati, hingga diperlukan penanaman baru dengan benih baru.

Manfaat Tanaman Kacang Gude Untuk Kesehatan:
Daun tanaman Cajanus cajan bermanfaat untuk mengobati penyakit: sakit kuning (jaundice), sakit didalam mulut, batuk, diare dan gangguan perut. Akarnya berkhasiat untuk mengatasi cacingan, batuk berdahak dan luka. Sedangkan bijinya berkhasiat untuk mengatasi memar. Kandungan kimia daun Cajanus cajan mengandung flavonoida, saponin dan polifenol. Sedangkan batang mengandung flavonoida, saponin dan tanin.
  • Mengobati Penyakit Kurap
  • Untuk Penyakit Herpes zooster
  • Obat Sakit Batuk
  • Obat Diare Alami
  • Mengatasi Gangguan Perut
  • Obat Sakit Mulut
  • Mengobati Sakit Kuning
  • Meringankan Memar 
  • Obat Kudisan
  • Sebagai Pencuci Darah
Cara Membuat Ramuan Daun Gude Untuk Obat Batuk, Gangguan Perut dan Diare:
  • Ambil daun gude secukupnya (2 genggam)
  • Setelah dicuci bersih, rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa 1 1/2 gelas (setengahnya).
  • Setelah dingin, saring
  • Minum 3 x sehari masing-masing 1/2 gelas


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Tips dan Cara Updated at: October 24, 2016

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.